MAKALAH PEMIKIRAN POLITIK CHENG HO



  PEMIKIRAN POLITIK CHENG HO“
(Perspektif Perjalanan Ekspedisi Cheng Ho Dan Islamisasi di Tenggara)
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pilsafat Politik Islam Islam yang dibimbing Oleh
Dr. Fauzan Ali Rasyid, S.H., M.Si
Program Studi siyasah Semester I
Di Susun Oleh :
Asikin Abdul Aziz (1123030010)









PROGRAM STUDI SIYASAH
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2014
KATA PENGANTAR
اَلْحَمْدُاِللهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ فِي قُلُوْبِ اْلمُؤْمِنِيْنَ, لِيَزْدَادُوْا إِيْمَانًا مَعَ إِيْمَانِهِمْ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَافِ اْلَأنْبِيَاءِ وَاْلمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَلْحَمْدُلِّلِه بِفَضْلِ الله وَكَرَامَهُ نَسْتَطِعُ اِنْ نُئَادِى وَنَعْمَلُ هَذِهِ اْلوَظِيْفَةِ تَحْتَ اْلمَوْضُوْعِ"قِرَاءَةُاْلقُرْاَنَ".
Segala puji dan kemuliaan hanyalah milik Rabb semata, atas segala rahmat dan ni’mat-Nya yang telah dikaruniakan kepada segenap hamba-Nya. Shalawat dan salam semoga selamanya tercurah atas junjungan alam yang menajadi penuntun umatnya ke jalan shirotol mustaqim.
Atas berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, alhamdulillah kami dapat menyusun dan menyelesaikan sebuah kajian ilmiah tentang “Pemikiran Politik Cheng Ho” dengan wasilah tugas disertai bimbingan dan dorongan dari dosen mata kuliah Pilsafat Politik .Disamping itu, kami  sadari sepenuhnya bahwa kajian makalah yang kami  sajikan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kami selalu berharap atas kritik dan sarannya yang membangun, guna peningkatan di masa yang akan datang.
Akhirnya kami  berharap, semoga sekecil apapun untaian kata yang kami  sajikan sebagai rangkaian ilmu dalam makalah ini senantiasa menjadi bongkahan-bongkahan ilmu yang senantiasa bermafaat dunia dan akhirat. Amin


   Bandung, 08 Oktober 2014
                                                                                                                        Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................    i
DAFTAR ISI..............................................................................................................   ii      
BAB I PENDAHULUAN                                                                                             
A.    Latar Belakang...............................................................................................    1                              
B.     Rumusan Masalah..........................................................................................    3      
C.     Maksud dan Tujuan Makalah.........................................................................    3                  
BABII PEMBAHASAN                                                                                                      
A.      Biografi Chang Ho.........................................................................................    4
B.       Ekspedisi Cheng Ho Mengelilingi Dunia.......................................................    6
C.     Cheng Ho dan Islamisasi di Asia Tenggara....................................................    8
D.      Politik Cheng Ho........................................................................................... 12
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN.........................................................................................................  16                              
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................  18                                          


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Negeri cina, bagi umat islam,bukalah nama asiing, eksistensi negeri tirai Bambu ini tercatat dalam sebuah hadist Rasulullah SAW yang amat terkenal, “Tuntutlah ilmu samapi ke negeri cina “. Rasulullah tidak keliru. Di masa awal peradaban islam, cina adalah super power, pemilik semmua terknologi dan ilmu pengetahuan, peradaban tinggi, serta wilayah maha luas.
Pada masa- masa awal dakwah islam keluar zazirah arab, utusan rasulullah sempat mengunjungi cina, dan mengabarkan ajarannya. Namun islam benar bernar masuk kedaerah cina sekian ratus tahun setelah rasulullah wafat. Tepatnya di abad ke 10, ketika orang-orang uygur di xinjiang dan Mongolia dalam (inner Mongolia) mengonversi diri secara masal kedalam islam. Daari xinjian islam masuk kedaerah lainnya, sampai ke Tibet.
Islam memperoleh pijakannya di cina setelah budha kehilangan pengaruh di pusat kekuasaan. Dinasti t’ang (618-907) memberangus agama ini dengan berbagai alasan politis.
Sejarah penyebaran dua agama besar, budha dan islam, mencatat posisi orang ugyur sangat unik. Menghuni xinjiang selama ribuan tahun, etnis Uyghur menjadi agen penyebaran dua agama ini selama 1000 tahun. Di abad ke-5 masehi xinjiang menjadi pintu masuk penyebaran budha ke asia tengah, setelah Uyghur mmeluk agama yang di bawa sidarta Gautama. Di abad ke 10 islam menjadikan xinjiang sebagai pintu masuk ke cina.mungkin ini sekilas atau sejarah islam masuk ke daerah cina[1].
Untuk selajutnya adalah margha gan kita ketahui bahwa Marga Gan adalah masyarakat muslim tionghoa yang pertama singgah di pulai jawa . Sunan Kalijaga Dan gusdur Di akui sebagai keturunan mereka
Pertengahan Februari 2004, tepat ketika sebagian warga Jakarta merayakan hari valentine, repulika secara tak sengaja karena di ajak seorang wartawan pos kota menghadiri axaara bertajuk Masyarakat Tionghoa dari Marga Gan di sebuah restoran di kawasan pasar Baru, Jakarta. Tidak sengaja, karena tujuan awalnya adalah memenuhi undangan seorang calon legislative (caleg) keturunan tionghoa dari salah satu partai peserta pemilu, yang sedang merayakan imlek dan Valentine dengan komunitas multietnis Pasar Baru.
Perlu di ketahui bahwasanya jumlah anggota marga Gan pada saat itu yang berkumpul di restoran itu mencapai ratusan, mereka dating dari seluruuh penjuru pulau jawa, sedikit dari provinsi lain di Indonesia dan dua orang dari belanda. Jadi jelas yah itulah warga tionghoa atau masyarakat tionghoa yang kali pertama masuk ke Indonesia[2]
            Cheng Ho (1371-1433) adalah bahariwan besar bukan hanya di dalam sejarah pelayaran Tiongkok, tetapi juga disepanjang sejarah pelayaran dunia. Selama 28 tahun (1405-1433) ia memimpin armada raksasa untuk mengunjungi lebih dari 30 negara dan kawasan yang terletak di Asia Tenggara, Samudra Hindia, laut Merah, Afrika Timur, dan lain-lain.[3]
Cheng Ho dilahirkan dari marga Ma, suku Hui yang mayoritas beragama Islam. Cheng Ho lahir pada tahun1371 (tahun Hong Wu ke-4) di desa He Dai, Kabupaten Kunyang, Provinsi Yunnan. Ayahnya juga seorang muslim, begitujuga dengan kakek dan buyutnya. Karena seluruh keluarganya beragama Islam maka keislaman Cheng Ho tidak dapat diragukan lagi. Sampai saat ini pula, keluarga besar marga Ma atau Cheng merupakan penganut agama Islam yang taat.
Nah mungkin ini sedikit membahas riwayat atau biografi Cheng Ho untuk lebh Lanjutnya nanti di bahas di Pembahasan.


B.     Rumusan Masalah
a.       Biografi Chang Ho                                                                                             
b.      Ekspedisi Cheng Ho Mengelilingi Dunia                                                                  
c.       Pengaruh Cheng Ho Di Iindonesia

C.    Maksud Dan Tujuan
a.       Agar mahasiswa mampu mengetahui Biografi Cheng ho
b.      Mahasiswa Mampu Mengetahui Ekspedisi Cheng Ho mengelilingi Dunia
c.       Mahasiswa Mampu Mengetahui Pengeruh Chengho Di Indonesia






















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Biografi Chang Ho
Cheng Ho (1371-1433) adalah bahariwan besar bukan hanya di dalam sejarah pelayaran Tiongkok, tetapi juga disepanjang sejarah pelayaran dunia. Selama 28 tahun (1405-1433) ia memimpin armada raksasa untuk mengunjungi lebih dari 30 negara dan kawasan yang terletak di Asia Tenggara, Samudra Hindia, laut Merah, Afrika Timur, dan lain-lain.[4]
            Cheng Ho dilahirkan dari marga Ma, suku Hui yang mayoritas beragama Islam. Cheng Ho lahir pada tahun1371 (tahun Hong Wu ke-4) di desa He Dai, Kabupaten Kunyang, Provinsi Yunnan. Ayahnya juga seorang muslim, begitujuga dengan kakek dan buyutnya. Karena seluruh keluarganya beragama Islam maka keislaman Cheng Ho tidak dapat diragukan lagi. Sampai saat ini pula, keluarga besar marga Ma atau Cheng merupakan penganut agama Islam yang taat.
            Ayah Cheng Ho bernama Ma Haji (1344-1382). Ma Haji adalah seorang pelaut, mempunyai enam anak, dua laki-laki dan empat perempuan, sedangkan Cheng Ho adalah anak ketiga. Dalam usia 38 tahun Ma Haji meninggal dunia dan dimakamkan di kampung He Dai.
            Sejak kecil Cheng Ho sering mendengar cerita ayahnya tentang perjalanan naik haji dengan kapal layar selama berminggu-minggu. Selama dalam perjalanan naik haji ayahnya sering mendapatkan rintangan seperti hujan badai, iklim yang berbeda-beda dari satu daerah ke daerah lainnya. Ini sangat mendorong Cheng Ho untuk meninjau negara-negara yang jauh.[5]
            Sejak terjadi peperangan, Cheng Ho dan anak-anak lainnya di tawan oleh pasukan  Ming Thai Chu dan dibawa ke Nanjing. Pada usia 12 tahun Cheng Ho menjadi sida-sida (orang kasim/pelayan) atau disebut Thai Chien. Pada usia 13 tahun Cheng Ho dan tahanan muda lainnya dijadikan pelayan putra kaisar pertama Dinasti Ming (Zhu Yuanzhang) yang ke-4 yang bernama Zhu Di.
            Pergaulannya dengan pangeran Zhu Di membuatnya memnjadi pemuda yang tangguh. Dia juaga jago berdiplomasi serta menguasai seni berperang. Tak heran jika dia kemudian diangkat menjadi pegawai khusus pangeran.[6]
            Sejak berbakti kepada Zhu Di, Cheng Ho memanfaatkan segala fasilitas untuk banyak membaca dan ikut bertempur hingga terjadi perselisihan dan peperangan antara pihak Zhu Di dan kaisar Yunwen (Penguasa Pusat Dinasti Ming). Zhu Di menganggap banyak menteri-menteri yang jahat yang mendampingi kaisar Yunwen, sehingga ia menyerang Ibu Kota Nanjing tersebut untuk membunuh menteri-menteri tersebut.
            Cheng Ho selalu mendampingi Zhu Di dalam berbagai pertempuran, sampai Zhu Di dapat menduduki Nanjing. Selama itu pula Cheng Ho menunjukkan prestasinya yang luar biasa. Karena jasa besar Cheng Ho, maka Cheng Ho diangkat menjadi kepala kasim. Kemudian pada abad ke-15 Kaisar Zhu Di memilih Cheng Ho sebagai Laksamana untuk memimpin pelayaran jauh.
Wafatnya Cheng Ho
            Pada usia 62 tahun Cheng Ho wafat di Calicut. Cheng Ho adalah bahariwan yang amat berjasa, namun makamnya baru ditemukan beberapa abad kemudian. Tidak heran lagi bila kita mengetahui bahwa pernah terjadi suatu perdebatan di istana Dinasti Ming pada setengah abab kemudian sesudah wafatnya Cheng Ho. Ketika itu Zhu Youcheng menjadi Kaisar Dinasti Ming pada akhir abad ke-15.
Di kalangan pembesar ada yang membenarkan pelayaran-pelayaran Cheng Ho, tetapi ada juga yang menyalahkannya. Antara lain bendahara Liu Daxia berpendapat bahwa pelayaran Cheng Ho gagal dan kerugiannya lebih besar daripada keuntungannya. Sebagai akibat perdebatan yang sengit itu golongan yang menyalahkan Cheng Ho itu berhasil mengatasi lawannya. Akhirnya banyak arsip pelayaran Cheng Ho beserta silsilah keluarga laksamana itu dibakar sirna. Tindakan yang terkutuk itu mendatangkan banyak kesulitan bagi sejarawan untuk melakukan studi mengenai Cheng Ho. Bukan saja tempat makam Cheng Ho mula-mula tidak dapat ditemukan, tetapi juga tahun wafatnya Cheng Ho menjadi masalah. Ia wafat pada tahun 1433, 1434, atau 1435, sampai sekarang masih terdapat perselisihan pendapat. Bahkan ada sarjana indonesia yang mengatakan bahwa Cheng Ho wafat pada tahun 1444.[7]           
B.     Ekspedisi Cheng Ho Mengelilingi Dunia
“Telah kami arungi samudra luas, ratusan ribu mil jauhnya, dan telah kami saksikan ombak yang megah, bagaikan gunung tingginya, dan telah kami pandang negeri kaum barbar nan jauh . . . saat layar kami membusung angkuh bagaikan awan-awan siang dan malam yang melaju (secepat) bintang, kami terjang ombak yang beringas seolah berderap melintasi jalan raya.”—Inskripsi dari abad ke-15 di Changle, Fujian, Cina, yang dibuat oleh Cheng Ho.
             Cina adalah negeri yang luar biasa. Penduduknya adalah yang terbanyak di dunia, dan wilayahnya merupakan salah satu yang terluas di dunia. Salah satu proyek terbesar sepanjang sejarah, yaitu pembangunan Tembok Besar Cina, dilakukan di sana. Selain itu, kaisar-kaisar Cina dari dinasti Ming, yaitu Yongle dan Xuande, menghimpun sebuah armada yang terdiri dari kapal-kapal megah. Hingga lima abad setelahnya, tidak ada yang dapat menghimpun armada sebesar itu. Laksamana yang memimpinnya adalah seorang Muslim dari Cina bagian barat daya. Namanya Cheng Ho.
            misi perjalanan Cheng Ho adalah menunjukkan kepada bangsa-bangsa lain bahwa jika mereka mau tunduk kepada kekaisaran Cina, kehidupan mereka akan lebih baik. Sebagai hasilnya, ”negeri-negeri di balik cakrawala dan di ujung-ujung dunia telah takluk pada [Cina] . . . Kaum Barbar [orang-orang asing] . . . telah menghadap [di halaman istana] sambil membawa barang-barang berharga dan hadiah”.
            Beberapa pelabuhan yang pernah disinggahi oleh armada Cheng Ho
Alasan mengapa kaisar-kaisar dinasti Ming memerintahkan perjalanan itu masih diperdebatkan. Ada yang menganggap bahwa Cheng Ho diutus untuk memperkenalkan Cina sebagai  bangsa yang besar namun cinta damai. Yang lain berpendapat bahwa dia sebenarnya bermaksud melakukan agresi politik untuk mendapatkan kerajaan-kerajaan taklukan. Memang, Cheng Ho memberikan hadiah yang berlimpah dan dukungan politik bagi para penguasa yang menerima tawarannya, tapi penguasa yang tidak mau tunduk akan ditaklukkan dan ditawan. Sebagai hasil dari perjalanan Cheng Ho yang luar biasa itu, para penguasa dari berbagai penjuru Samudra Hindia mengirimkan utusan ke negeri Cina untuk membawa upeti kepada kaisar.
             Tidak soal apa tujuannya, yang pasti armada Cheng Ho membawa berbagai barang bermutu tinggi, seperti kerajinan kayu, porselen, dan kain sutra buatan perajin Ming, untuk diperdagangkan di berbagai pelabuhan. Armada itu pulang sambil membawa batu-batu permata, gading, rempah-rempah, berbagai kayu tropis, dan barang mewah lainnya yang bernilai tinggi di Cina. Mereka bahkan pernah membawa pulang jerapah. Kehadiran binatang ini cukup menghebohkan. Melalui pertukaran barang dan budaya itu, dunia sempat mencicip peradaban Cina yang hebat di abad ke-15.
              Belakangan, pelayaran semacam itu tidak lagi dilakukan. Hanya beberapa puluh tahun setelah perjalanan terakhir Cheng Ho, Cina menutup diri dari perdagangan dan diplomasi dengan negara lain. Kaisar yang baru, dan para penasihatnya yang menganut Konfusianisme, berupaya membendung pengaruh asing karena merasa tidak perlu menengok dunia di luar perbatasan Cina. Mereka berupaya melupakan semua hal yang berhasil dicapai oleh armada itu. Tampaknya mereka menghancurkan catatan tentang perjalanan akbar itu, bahkan termasuk kapal-kapalnya. Baru akhir-akhir ini saja orang-orang, di Cina maupun di luar Cina, mengetahui kisah Cheng Ho yang mengarungi lautan bersama armadanya yang besar.
Sekilas Fakta tentang Cheng Ho diantaranya :
-          Armada Ming di bawah pimpinan Cheng Ho melakukan tujuh pelayaran yang termasyhur, sejak 1405 hingga 1433.
-          Dalam armada itu mungkin ada 200 kapal atau lebih, termasuk kapal perang, kapal pengangkut persediaan, kapal pengangkut air, kapal pengangkut kuda, dan yang lainnya. Kapal-kapal itu mengangkut lebih dari 27.000 awak kapal, pejabat pemerintahan, prajurit, saudagar, teknisi, dan lain-lain.
-          Hingga Perang Dunia I, tidak ada negara yang mampu menandingi armada Cheng Ho. Armadanya singgah di berbagai pelabuhan di Timur Jauh dan Samudra Hindia, bahkan hingga Afrika Timur.
-          Tiga anak buah Cheng Ho menulis hal-hal yang mereka saksikan sehingga kita bisa mendapat gambaran tentang perjalanan Cheng Ho.
                                                                                                                                   
C.    Cheng Ho dan Islamisasi di Asia Tenggara
             Laksamana Cheng Ho ternyata adalah pemimpin pertama Islam asal China yang datang ke Asia Tenggara. Bagaimana sumbangsihnya terhadap penyebaran Islam di kawasan ini?  China, Malaysia, Singapura dan Indonesia sejak bulan Juni hingga Agustus menyelenggarakan peringatan akbar menghormati panglima Cheng Ho. Berbagai kegiatan dilakukan. Di Indonesia, peringatan 600 tahun perjalanan laksamana Cheng Ho dipusatkan di semarang dengan aneka pameran dan diskusi mengenai sumbangsih panglima Chengho, tidak hanya dalam penyebaran Islam tetapi juga diplomasi China dengan negara negara di Asia Tenggara.  
             Ditengah kevakuman politik dan perjalanan melalui laut yang tidak aman itu, kemunculan Ming China sebagai adidaya maritim pada permulaan abad ke 15 secara historis sangatlah penting. Tujuh ekspedisi besar Cheng Ho ke samudera barat sejak tahun 1405 sampai 1433 mengubah secara radikal lanskap politik dan agama di kepulauan Asia Tenggara.[8]
Ada enam tujuan pokok dari misi-misi Cheng Ho:
-          Pertama,pelayaran-pelayaran bermotif politik. Sebagai pencitraan Kaisar Yongle pada dinasti Ming.
-          Tujuan kedua, adalah diplomatis. Sejalan dengan menurunnya kedatangan misi-misi kehormatan secara signifikan awal periode Dinasti Ming dan keinginan kuat kaisar-kaisar Ming untuk memainkan peran sebagai pelindung wilayah dan penjaga perdamaia melalui menjalin persahabatan dengan negeri-negeri asing.
-          Tujuan ketiga, adalah memajukan perdangan luar negeri.
-          Tujuan keempat, menabur budaya China dan memajukan pertukaran budaya antara China dan bangsa-bangsa Afrika-Asia.
-          Tujuan kelima, adalah untuk mempelajari secara ilmiah dunia maritim terdepan yang belum terpetakan.
-          Tujuan keenam, dikemukakan oleh Hsiao.[9]Dia menyatakan bahwa kunjungan-kunjungan armada Cheng Ho ke Hormuz bertujuan untuk membentuk persekutuan militer dengan timur, orang kuat muslim Turki, di asia tengah guna mengalahkan pasukan-pasukan Mongol di utara.
            Misi-misi Cheng Ho telah memperluas kontang Ming China dengan dunia dari Asia hingga Afrika. Ming China menjadi satu-satunya adikuasa didunia dan penjaga perdamaian dunia.[10]
            Pada abad ke 15, sebetulnya di kawasan Asia Tenggara ini, sudah terdapat banyak orang Muslimin, terutama muslimin Cina, akan tetapi mereka bertebaran, misalnya di Palembang, di Gersik, Jawa. Jikalau kita melihat keadaan waktu itu, belum ada sebuah negara atau kerajaan Islam di kawasan ini, jadi yang berkuasa pada waktu itu adalah kerajaan Majapahit. Dan ketika Cheng Ho datang, beliau itu adalah seorang laksamana yang beragama Islam, dan pengiring-pengiringnya juga beragama Islam, mereka di utus, oleh Emperor Cina, untuk mengadakan hubungan atau diplomasi dengan negara-negara setempat. Dalam pergaulan, Cheng Ho juga bergaul dengan komunitas Cina yang ada di tempat itu.  
             Dr. Leo Suryadinata , dari Institut Pengkajian Asia Tenggara, Majalah Life menyebut Laksamana Cheng Ho yang nama Islamnya adalah Muhammad Cheng Ho sebagai tokoh ke-14 yang paling penting dan berpengaruh di dunia. Cheng Ho atau Zheng He adalah seorang keturunan muslim dari Asia Tengah. Ketika tentara Mongolia menyerang China ia dikebiri. Karirnya di Dinasti Ming kemudian mengantarkan Laksamana Cheng Ho melakukan misi perdamaian dari tahun 1405 hingga 1433 ke luar negeri seperti Majapahit hingga ke pantai timur benua Afrika.
             Laksamana Cheng Ho adalah seorang muslim yang taat. Sebelum melakukan pelayaran muhibah, ia dan rombongannya menunaikan sholat di sebuah masjid tua di kota Quanzhou, di wilayah Fujian, sebelum membuat pelayaran pertama ke Semenanjung Malaya, Sumatera, dan Jawa. Sebagai orang Hui, yakni kumpulan etnik di Cina yang beragama Islam, Cheng Ho adalah seorang Muslim sejak lahir. Seluruh awak kapal yang ikut dalam perjalanannya adalah muslim. Di antara mereka bahkan fasih berbahasa Arab dan Persia dan bertugas sebagai penerjemah. Di antara anak buah kapalnya bernama Hasan. Ia adalah pemimpin Masjid Tang Shi di wilayah Shan Xi. Hasan dalam catatan sejarah sangat berperan dalam mempererat hubungan diplomasi Cina dengan negeri-negeri Islam. Hassan juga bertugas memimpin kegiatan-kegiatan keagamaan dalam rombongan ekspedisi, misalnya dalam urusan penguburan jenazah di laut atau memimpin sholat hajat ketika kapal mereka diserang badai.
              Sebagian anak buah Laksamana Chengho kemudian memutuskan menetap dan tidak ikut dalam ekspedisi berikutnya. Anak buah Chengho menurut Profesor Leo Suryadinata, kemudian berperan dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Bahkan beberapa wali ditengarai adalah keturunan China.  
              "Muslim Tionghua ini kemudian juga mencoba menyebarkan agama Islam, dikatakan di Jawa, ada yang dikenal sebagai Wali Songo, wali-wali yang menyebarkan agama Islam di Jawa, kebanyakkannya keturunan Cina. Di daratan Tiongkok itu sudah banyak orang Islam, terutama yang diberi nama Suku Hui, adalah orang Islam, dan Cheng Ho juga merupakan anggota dari Suku Hui ini. Dan mereka itu datang ke Asia Tenggara, sebagian berdagang, sebagian menjadi syah bandar, mereka itu setelah berdagang, mulai menetap kawasan ini, lama-kelamaan mereka kawin campur dengan orang-orang lokal, dan menjadi semacam pioneer, atau magang, dari komunitas Islam setempat. Setelah mereka berhasil membentuk negara Islam di beberapa tempat, biar pun kecil, pengaruh Islam itu mulai membesar, orang-orang Cina yang beragama Islam itu meng-asimilasi dan menjadi orang-orang lokal, dan bahasanya juga tidak lagi berbahasa Cina tetapi berbahasa setempat, misalnya Jawa."  
               Pandangan Profesor Leo Suryadinata dari Institut Pengkajian Asia Tenggara Universitas Nasional Singapura. Perjalanan muhibah Laksamana Chengho ke Asia Tenggara dan Afrika memberikan kesan mendalam . Di Malaysia, Laksamana Chengho mendapatkan tempat khusus di hati rakyat Malaka. Sementara di Indonesia, Laksamana Chengho mendapatkan kehormatan dan diberi gelar Sam Po Kong. Bahkan berdiri sebuah Kuil di Semarang yang menunjukkan kebesaran nama Laksamana Chengho. Ini semua disebabkan karena perilaku dan sikap anak buah Laksamana Chengho yang sopan dan menghormati budaya setempat. Bahkan ketika beberapa anak buah Chengho yang memutuskan menetap di Palembang atau Jawa, muslim China itu mematuhi undang undang undang-undang kerajaan Majapahit waktu itu, bukan undang-undang di Cina. Berkat mereka, maka dari tahun 1405 hingga 1433, selama 28 tahun, hubungan antara Cina, dan Asia Tenggara, terutama Melaka, dan Indonesia, amat akrab. Jalinan kuat itu terbukti apabila banyak golongan istana di Cina telah mengeluarkan dana bagi menjalankan ekspedisi-ekspedisi ke Asia Tenggara.  
             "Pada waktu itu, jikalau kita membicarakan motivasi, ini ada hubungan politik, Cina merupakan kerajaan atau Empayar yang sangat besar sekali, memperluas pengaruhnya. Di negeri Cina, diperkembangkan semacam sistem tributari, semacam perdagangan internasional, maka negara Cina, elit-elit Cina bisa memperoleh barang yang tidak bisa di dapat di Cina, dan ini ada hubungan dengan kekuasaan. Cuma yang penting, Cina tidak mempunyai colony dan tidak melakukan eksploitasi seperti negara- negara Barat, jadi sistem semacam ini adalah sistem yang berlainan kolonialisme Inggris, Portugis, dan Sepanyol. Kita bisa melihat sistem internasional berdasarkan Order Confucius."  
               Penjelasan Dr Leo Suryadinata, dari Institut Pengajian Asia Tenggara, Universiti Nasional Singapura yang menegaskan perbedaan yang sangat kontras antara pelayaran keliling dunia Chengho dengan pelayaran bangsa Barat yang kemudian menciptakan kolonialisme yang akibatnya terasa sampai sekarang ini. Dan ternyata kedatangan Cheng Ho dan kumpulan orang Muslim asal Cina telah berhasil menjalin hubungan yang akrab antara rantau Melayu dengan benua Cina. Hubungan itu telah juga menyemarakkan hubungan dagang diantara keduanya. Tidak heran jika cendikiawan Islam Profesor Hamka dalam majalah Star Weekly pemikir Nusantara HAMKA pernah menulis, "Senjata pembunuh tidak banyak dalam kapal, ekspedisi Cheng Ho, yang banyak adalah 'senjata budi' yang telah dipersembahkan kepada raja-raja yang diziarahi waktu itu." Komentar ini sekali lagi menegaskan keluhuran budi seorang Laksamana Chengho dan pengikut Islam yang pergi bermuhibah dengannya.
D.    Politik Cheng Ho
            Dari uraian diatas kita dapat menemukan bagaimana pemikiran politik Cheng Ho. Namun, sebelum itu ada beberapa hal yang akan di sajikan dalam makalah ini tentang Ideologi yang dianut oleh Cheng Ho.
           Dalam histografi China tradisional, yang diyakini ditulis sekitar abad ke 15 dan 16, melukiskan sebuah gambaran jelas tentang kehidupan komunitas china perantauan di Jawa dan Sumatera serta keterlibatan mereka dalam perjuangan orang-orang Muslim Jawa berhadapan dengan penguasa Hindu Majapahit. Sumber itu mengisi kesenjangan informasi kritis yang ditemukan dalam kronik-kronik abad Jawa dan sumber-sumber Ming, serta memberi keterangan baru pada konflik-konflik Majapahit – Demak Islam, hubungan dan kebijakan prdagangan luar negeri dinasti Ming peran Cheng Ho dan orang-orang muslim china dalam Islamisasi Kepulauan Asia Tenggara, dan sebagainya.
             Dengan mengandaikan fakta bahwa catan terakhir bertarikh 1585, naskah aslinya di tulis dalam bahasa China dan hanya nama-nama etnis China saja yang dicantumkan dalam naskah itu, buakn nama-nama muslim atau Jawa mereka , setidaknya dapat disimpulkan bahwa teks tersebut ditulis oleh satu atau beberapa penulis muslim China mazhab Hanafi pada akhir abad 16.
Cheng Ho memanfaatkan islam sebagai tempat berkumpul yang menyatukan orang China perantauan. Kunjungannya tidak hanya meningkatkan status sosial orang-orang China muslim mazhab Hanafi, tetapi juga mendorong lebih banyak orang China untuk memeluk islam.
              Orang-orang China muslim di Jawa semasa periode Cheng Ho mengidentifikasikan diri sebagai orang muslim mazhab Hanafi sebagai mana dicatat Oleh MASC (Malay Annals of Semarang and Cirebon). Ini menunjukkan bahwa leluhur dan akar-akar agama mereka berasal dari Hui Hui muslim China. Hui Hui muslim di China sejak zaman dinasti Yuan telah lama mengikuti mazhab Hanafi dari aliran Sunni. Mi Soujiang, seorang sarjana Hui Hui, menulis, “(sebelum pertengahan abad ke 17) orang muslim di China menganut aliran sunni... tentang madzhab mereka, kecuali segelintir muslim di Xinjiang yang menganut madzhab Syafi’i, adalah madzhab Hanafi”. Diberi madzhab Hanafi karena Abu Hanifah yang pernah mengajar di Kuffah, Irak, pada abad ke-8. Madzhab yang dikenal di Asia tengah itu kemudian diperkenalkan ke China oleh nenek moyang muslim Hui Hui.
                Di China, Mazhab Hanafi menjalin hubungan aliran Qadim yang juga dianggap sebagai sunni. Aliran Qadim berpegang teguh pada ajaran, pemikiran, dan ritual-ritual yang dipraktikkan selama beberapa generasi. Dasar keagamaan aliran itu bersandar pada al-quran dan upacara-upacara tradisional serta hak-hak milik. Aliran itu juga menghormati dan menoleransi sekte-sekte dan mazhab lain, dan hidup berdampingan dengan agama-agama lain di China. Aliran Qadim juga menjadi sekte Islam arus utama di China.[11] Di bawah pengarahan dan dukungan Cheng Ho, komunitas-komunitas muslim menyebar pesat di pelabuhan-pelabuhan di pesisir Jawa, tetapi momentum ini terjadi ketika Cheng Ho wafat pada 1433. Kematiannya juga mengakhiri fase China dari komunitas-komunitas China muslim mazhab Hanafi dan dimulainya fase lokalisasi.
               Peran penting yang dimainkan oleh para pedagang Arab muslim dan Cheng Ho dalam penyebaran dan perluasan Islam ke kepulauan Asia Tenggara sejak abad ke-7 sampai abad ke-15 telah dianalisis dalam konteks sejarah yang lebih luas. Dominasi pedagang-pedagang Arab dalam perdagangan rempah-rempah telah memudahkan penyebaran Islam ke Asia Tenggara maritim. Namun, pada tikin tertentu, penyebaran tersebut sempat stagnan karena penduduk pribumi dan kaum elit yang terbenam kuat dengan pengaruh budaya Hindu dan Buddhis memberi reaksi keras terhadap keimanan baru itu, disintegrasi dinasti Abbasiyah, peperangan panjang berlarut-larut dengan paskan salib, penaklukan mongol terhadap wilayah-wilayah inti muslim, dan kegiatan-kegiatan bajak laut yang meraja lela, telah memperlemah posisi pedagang-pedagang arab secara signifikan dalam penyebaran islam pada abad ke-13 dan ke-14. Namun demikian meningkatnya perhatian yang ditunjukkan oleh Dinasti Ming China dikawasan itu telah membuka jalan bagi misi-misi Cheng Ho. Hal demikian mempercepat proses Islamisasi di kepulauan Asia tenggara. Armada Cheng Ho yang dipimpin oleh sekelompok kasim muslim China yang dimanis dibawah pengarahan kaisar Yongle, dari dinasti Ming, telah memperkuat untuk mengislamkan seluruh kepulauan Asia Tenggara.
             Perjumpaan dan interaksi diantara Cheng Ho dengan orang China perantauan dan komunitas-komunitas China muslim di Jawa dan Palembang sangat penting secara Historis bagi Ming China, dan negara-negara pribumi di Asia Tenggara. Ini menambahkan sebuah dimensi baru pada tatanan dunia kekaisaran Ming dan suatu portofolio baru yang melengkapi misi diplomatik dan perdagangannya. Disisi lain, orang-orang China perantauan, khususnya komunitas China muslim bermazhab Hanafi, menyambut hangat keinginan kuat Cheng Ho untuk melindungi kepentingan mereka dari gangguan perompak dan pemimpin-pemimpin lokal yang dzalim. Cheng Ho juga menyediakan sebuah pemerintahan yang mensponsori aturan memerintah dan sumber daya untuk memudahkan penyebaran Islam dikalangan komunitas China di kepulauan melayu. Keberhasilan Cheng Ho dalam mengislamkan kepulauan Asia Tenggara, hingga derajat tertentu, bertalian dengan kuatnya pengaruh kaum muslim di Istana Ming dan karena riwayat kepribadiannya yang sangat tinggi.
                Walaupun orang-orang China dipisahkan oleh Agama dan hidup di zona-zona politik (negara-negara pribumi) berbeda yang diperintah oleh beragam penguasa pribumi, Cheng Ho dan wakilnya di Biro China perantauan mengatur mereka melintasi tapal batas dan bertindak sebagai penengah dan kekuatan pemersatu. Berbagai kepentingan dan kebutuhan kedua kelompok sangat berbeda itu ditangani secara bijak oleh Cheng Ho dan Biro tersebut. Sebuah pendekatan lunak yang menarik bagi orang-orang China muslim bermazhab Hanafi dan pendekatan keras yang manipulatif bagi orang China non muslim. Pendekatan rangkap dua Cheng Ho dalam menangani kedua faksi China tersebut, mencerminkan kebijakan yang diterapkan dinasti Ming berjalan kurang konsisten.
Untuk menganalisis dampak dari misi-misi Cheng Ho terhadap kedua kelompok, disusun sebuah daftar untuk memeriksa pengarus dari tiga belas kebijakan kritis yang dijalankan Cheng Ho dan Istana Ming serta hasil-hasil pelayaran-pelayaran laut Cheng Ho. Kebijakan dan hasil kritis tersebut terdiri dari tujuh aspek umum (no 1-7) dan enam aspek khusus (8-13):
1.      Kegiatan-kegiatan diplomatik aktif Ming
2.      Promosi perdagangan luar negeri Ming
3.      Menjaga perdamaian jalur-jalur laut
4.      Eksplorasi maritim
5.      Peningkatan citra China perantauan
6.      Promosi budaya China oleh Cheng Ho
7.      Kebijakan perdagangan negara dinasti Ming
8.      Keanggotaan biro China persatuan
9.      Afiliasi keagamaan dengan Cheng Ho
10.  Hubungan baik kelompok-kelompok dengan para penguasa setempat
11.  Kontark-kontrak bisnis Cheng Ho
12.  Pejabat-pejabat lokal Ming di Palembang
13.  Penumpasan perompak











BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Cheng Ho (1371-1433) adalah bahariwan besar bukan hanya di dalam sejarah pelayaran Tiongkok, tetapi juga disepanjang sejarah pelayaran dunia. Selama 28 tahun (1405-1433) ia memimpin armada raksasa untuk mengunjungi lebih dari 30 negara dan kawasan yang terletak di Asia Tenggara, Samudra Hindia, laut Merah, Afrika Timur, dan lain-lain.
            Cheng Ho dilahirkan dari marga Ma, suku Hui yang mayoritas beragama Islam. Cheng Ho lahir pada tahun1371 (tahun Hong Wu ke-4) di desa He Dai, Kabupaten Kunyang, Provinsi Yunnan. Ayahnya juga seorang muslim, begitujuga dengan kakek dan buyutnya. Karena seluruh keluarganya beragama Islam maka keislaman Cheng Ho tidak dapat diragukan lagi. Sampai saat ini pula, keluarga besar marga Ma atau Cheng merupakan penganut agama Islam yang taat.
Pada usia 62 tahun Cheng Ho wafat di Calicut. Cheng Ho adalah bahariwan yang amat berjasa, namun makamnya baru ditemukan beberapa abad kemudian. Tidak heran lagi bila kita mengetahui bahwa pernah terjadi suatu perdebatan di istana Dinasti Ming pada setengah abab kemudian sesudah wafatnya Cheng Ho. Ketika itu Zhu Youcheng menjadi Kaisar Dinasti Ming pada akhir abad ke-15.
              Cina adalah negeri yang luar biasa. Penduduknya adalah yang terbanyak di dunia, dan wilayahnya merupakan salah satu yang terluas di dunia. Salah satu proyek terbesar sepanjang sejarah, yaitu pembangunan Tembok Besar Cina, dilakukan di sana. Selain itu, kaisar-kaisar Cina dari dinasti Ming, yaitu Yongle dan Xuande, menghimpun sebuah armada yang terdiri dari kapal-kapal megah. Hingga lima abad setelahnya, tidak ada yang dapat menghimpun armada sebesar itu. Laksamana yang memimpinnya adalah seorang Muslim dari Cina bagian barat daya. Namanya Cheng Ho.
            misi perjalanan Cheng Ho adalah menunjukkan kepada bangsa-bangsa lain bahwa jika mereka mau tunduk kepada kekaisaran Cina, kehidupan mereka akan lebih baik. Sebagai hasilnya, ”negeri-negeri di balik cakrawala dan di ujung-ujung dunia telah takluk pada [Cina] . . . Kaum Barbar [orang-orang asing] . . . telah menghadap [di halaman istana] sambil membawa barang-barang berharga dan hadiah”.
             Laksamana Cheng Ho ternyata adalah pemimpin pertama Islam asal China yang datang ke Asia Tenggara. Bagaimana sumbangsihnya terhadap penyebaran Islam di kawasan ini?  China, Malaysia, Singapura dan Indonesia sejak bulan Juni hingga Agustus menyelenggarakan peringatan akbar menghormati panglima Cheng Ho. Berbagai kegiatan dilakukan. Di Indonesia, peringatan 600 tahun perjalanan laksamana Cheng Ho dipusatkan di semarang dengan aneka pameran dan diskusi mengenai sumbangsih panglima Chengho, tidak hanya dalam penyebaran Islam tetapi juga diplomasi China dengan negara negara di Asia Tenggara.  
              Orang-orang China muslim di Jawa semasa periode Cheng Ho mengidentifikasikan diri sebagai orang muslim mazhab Hanafi sebagai mana dicatat ileh MASC (Malay Annals of Semarang and Cirebon). Ini menunjukkan bahwa leluhur dan akar-akar agama mereka berasal dari Hui Hui muslim China. Hui Hui muslim di China sejak zaman dinasti Yuan telah lama mengikuti mazhab Hanafi dari aliran Sunni. Mi Soujiang, seorang sarjana Hui Hui, menulis, “(sebelum pertengahan abad ke 17) orang muslim di China menganut aliran sunni... tentang madzhab mereka, kecuali segelintir muslim di Xinjiang yang menganut madzhab Syafi’i, adalah madzhab Hanafi”. Diberi madzhab Hanafi karena Abu Hanifah yang pernah mengajar di Kuffah, Irak, pada abad ke-8. Madzhab yang dikenal di Asia tengah itu kemudian diperkenalkan ke China oleh nenek moyang muslim Hui Hui.


DAFTAR PUSTAKA
Stiawan Dan Sri Budi Eko Wardani “Muslim Di Amerika Dan China” Jakarta, Penerbit Repulika 20013
Kong Yuanzhi, Cheng Ho Muslim Tionghoa (Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara), (Jakarta; Pustaka Obor: 2011)
Teguh Setiawan, “Cina Muslim Dan Runtuhnya Repunlik Bisnis” Jakarta Juli 2012, Repubilka,
Rudi Hantoro, Sang Penjelajah Dunia, (Jakarta; Republika: 2010)
Cheng Ho Muslim Tionghoa (Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara), Jakarta; Pustaka Obor: 2011
Tan Ta Sen, “Cheng Ho Penyebar Islam dari China ke Nusantara”, Jakarta, Kompas 2010
Hung-Te Hsiao, “Zheng He’s Fleet at Hormuz: ascertaining the Original Motive for Zheng He’s Voyage”, , Singapore Agutus 2005.
Mi Shoujiang dan You Jia, Islam in China (Beijing: China intercontinental Press, 2004),
Julia Lovell, Tembok Besar ( The Great Wall) Cina Melawan Duniaa 1000 SM-2000, Elex, Media komput Indo, Jakarta 2006
Ivan Taniputera, Histori Of China, Arruz Media, Jogjakarta 2008
Prof. Liang Liji”Dari Relasi Upeti Ke Mitraq Strategis”’ buku kompas,Jakarta, 2012





[1] Stiawan Dan Sri Budi Eko Wardani “Muslim Di Amerika Dan China” Jakarta, Penerbit Repulika 20013 ,Hal89.
[2] Teguh Setiawan, “Cina Muslim Dan Runtuhnya Repunlik Bisnis” Jakarta Juli 2012, Repubilka, Hal19.
[3] Kong Yuanzhi, Cheng Ho Muslim Tionghoa (Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara), (Jakarta; Pustaka Obor: 2011) hlm. 3
[4] Kong Yuanzhi, Cheng Ho Muslim Tionghoa (Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara), (Jakarta; Pustaka Obor: 2011) hlm. 3
[5] Ibid.  hlm. 30
[6] Rudi Hantoro, Sang Penjelajah Dunia, (Jakarta; Republika: 2010) hlm. 14
[7] H. Usman Effendy, ”Panglima Cheng Ho Pernah Berlayar ke Indonesia”, Berita Buana, 21 juli 1987. (terdapat dalam buku Kong Yuanzhi, Cheng Ho Muslim Tionghoa (Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara), Jakarta; Pustaka Obor: 2011 hlm. 85-86)
[8] Tan Ta Sen, “Cheng Ho Penyebar Islam dari China ke Nusantara”, Jakarta, Kompas 2010. Hal 223.  Armada-armada Cheng Ho berlayar tujuh kali ke samudera barat dan mengunjungi 33 negara-negara asia dan afrika. Diantara tempat-tempat pentingdi Asia Tenggara yang dikunjungi adalah Champa, Zhenla, Siam, Malaka, Jawa, Palembang, samudra, Aru, Naguer, Lambri, Pahang, Kelantan, Lidai, dan Sulu.
[9] Hung-Te Hsiao, “Zheng He’s Fleet at Hormuz: ascertaining the Original Motive for Zheng He’s Voyage”, makalah diajukan pada the Conference of Overseas Chinese 600 years, Singapore 18-20 Agutus 2005.
[10] Opcit. Hal 227
[11] Mi Shoujiang dan You Jia, Islam in China (Beijing: China intercontinental Press, 2004), hal 66-67.
 

Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com