NAMA : ASIKIN ABDUL AZIZ
NIM :
1123030010
JURUSAN : SIYASAH A
MATA KULIAH : TAFSIR AHKAM II
FAKULTAS : SYARI’AH DAN HUKUM
UJIAN TENGAH SEMESTER
SOAL : Bagaimana Penafsiran Q.S
Surat Albaqarah ayat 115 berkaitan dengan kekuasaan tuhan dalam persepektif teori
politik otomitarian sebagai cermin kekuasaan Absolut.
A. Prolog
Setiap
muslim hampir dapat dikatakan akan mengatakan bahwa tuhannya adalah Allah,
Al-Ahad (yang maha Esa) karena ajaran agama di mulai dengan kalimat
Laailahailaallah yang artinya tiada tuhan selain allah . dengan kata lain ,seorang
muslim akan mengatakan bahwa pokok pangkal islam adalah ajaran tentang
katuhidan allah, suatu monoteisme yang tegas dan tidak kenal kompromi. Oleh
karena itu, sepanjang ajaran alqur,an tauhid Allah merupakan inti ajaran agama
yang di anut para rasul dan nabi sepanjang zaman.
Tauihid-u I-lah termasuk
pada sistem keimanan utama dalam islam ia muncul sebagai aspek utama dalam
rukun iman.keimanan kepada allah ini membawa konsekwensi pada kewajiban untuk
menyembah dan mengikuti perintah segaloa perintah-nya.
Dalam Alqur’an Allah di gambarkan
secara transedental dan sekaligus juga imanen. Transedentalitas allah mengatasi
dan terpisah dari apapun yang merupakan ciptaannya.sementara imanensi allah di
maknai bahwa allah senantiasa hadir bersama hambanya dan selalu maujud
dimana-mana .
Allah
Menegaskan dalam Q.S Al-An’am Ayat 102-103
ãNà6Ï9ºs
ª!$# öNä3/u (
Iw tm»s9Î)
wÎ) uqèd (
ß,Î=»yz
Èe@à2
&äó_x« çnrßç6ôã$$sù
4
uqèdur 4n?tã Èe@ä.
&äóÓx« ×@Å2ur
ÇÊÉËÈ w
çmà2Íôè? ã»|Áö/F{$#
uqèdur à8Íôã t»|Áö/F{$#
(
uqèdur ß#Ïܯ=9$# çÎ6sø:$#
ÇÊÉÌÈ
102. (yang memiliki sifat-sifat yang)
demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain dia; Pencipta
segala sesuatu, Maka sembahlah dia; dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu.
103. Dia tidak dapat
dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan;
dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui.
B. Tafsir ruhul
Bayan Q.S Surat Albaqarah ayat 115
!ur ä-Ìô±pRùQ$# Ü>ÌøópRùQ$#ur 4
$yJuZ÷r'sù
(#q9uqè?
§NsVsù çmô_ur «!$# 4
cÎ) ©!$# ììźur
ÒOÎ=tæ
ÇÊÊÎÈ
Artinya : Dan kepunyaan Allah lah masyrik dan maghrib, maka
kemanpun kalian menghadap, di situlah wajah Allah. Sesungguhnya allah maha luas
lagi maha mengetahui
a. Mufrodat
r
: Dan
!
: Kepunyaan Allah
-Ìô±pRùQ$ : Masyrik
r
: Dan
>ÌøópRùQ$# :
Maghrib
$yJuZ÷r'sù :
Maka Kemanapun
#q9uqè? : kalian Menghadap
|
NsVsù :
Maka Di situh
mô_ur :
wajah
!$# :
Allah
cÎ) :
Sesungguhnya
!$# :
Allah
ìźur : Maha Luas
OÎ=tæ : Maha Mengetahui
|
b. Tafsir ayat
Wa
Lillahil Masyriqu Wal Maghribu (dan kepunyaan
Allah-lah masyrik dan maghrib), yang di maksud oleh keduanya adalah kedua sisi
bumi, karena tiada lagi arah selain itu, dan untuk menunjukan tempat terbit dan
Tenggelam matahari Makna Ayat : Bagi Allah lah bumi seluruhnya. Tiada tempat
kerajaan dan tempat pengendalian urusan, atau tempat khusus di bumi untuk
beribadah selain kepadanya, dan tidak boleh ibadah kepapa selainnya. Jika
kalian di halang-halangi untuk menziarahi Masjidil Haram atau Masjidil Aqsa,
sesungguhnya aku telah menjadikan, bagi kalian, bumi sebagai mesjid.
Fa
ainama Tuwallu ( maka kemanapun kalian menghadap),
yakni pada tempat manapun kalian memalingkan muka, asal ke kiblat.
Al-Imam berkata:
“berpaling itu bisa pula membelakangi. Kedua istilah itu merupakan perlawanan ,
namun yang di maksud dalam ayat ini adalah menghadap
Fa
Tsamma Wajhullaahi( maka di situlah wajah allah), yakni di
situlah jihat Allah yang di perintahkan dan di ridhai sebagai kiblat, maka
kebolehan menghadap tidak hanya di khususkan kepada satu mesjid dan tidak
kepada masjid lainnya, atau di situlah ada dzat Allah. Makna ayat : pada tempat
mana saja kalian menghadap, dia berada di sana sehingga kalian mencapai
kepada-nya, karena dia bukan jauhar (anasir/elemen) dan bukan pula arudl,
sehingga kebneradaannya menyita segala sisi.
Innallaaha
Waasiun( sesungguhnya allah Maha Luas), dia meliputi segala
perkara, baik kerajaan maupun makhluk makhluk. Demikian pula jika menafsirkan waasiun Dengan rahmat, maka firman
allah Walillaahil Masyriqu wal maghribu niscaya
meliputi maksud pendapat kami itu, yakni bahwa ibadah dan shakat itu tidak
hanya harus khusus di lakukan pada beberapa masjid. Shalatlah kalian pada
tempat yang kalian kehendaki dimana saja kalian berada.
Aliim,
(Maha
Mengetahui) atas kemaslahatan dan amal-amal mereka seluruhnya Ayat ini
mengandung ancaman, supaya orang yang shalat waspada terhadap keteledoran dan
menganggap mudah. Ayat ini pun mengandung janji untuk memenuhi pahala
orang-orang yang shalat di berbagai tempat.
c. Asbabunnuzul
Asbabun Nuzul/Sebab-sebab
Turunnya Surah Al Baqarah ayat
115 :
a.
Dalam suatu riwayat
dikemukakan bahwa Ibnu Umar membacakan surah Al Baqarah ayat 115 kemudian
menjelaskan peristiwanya sebagai berikut : “ Ketika Rasulullah saw. dalam
perjalanan dari Mekah ke Madinah, beliau shalat sunat di atas kendaraan
menghadap sesuai dengan arah kendaraannya”.(Diriwayatkan oleh Muslim, At
Tirmidzi dan An Nasa-i yang bersumber dari Ibnu Umar ).
b.
Dalam riwayat lain
dikemukakan bahwa turunnya surah Al
Baqarah ayat 115 membolehkan kita shalat sunat di atas kendaraan menghadap
sesuai dengan arah kendaraan.(Diriwayatkan oleh
Al Hakim yang bersumber dari Ibnu Umar. Hadist ini sahih menurut syarat
Muslim).
c.
Dalam riwayat lain
dikemukakan , ketika Rasulullah saw. hijrah ke Madinah, Allah swt.
memerintahkan beliau untuk menghadap ke Baitul Maqdis di waktu shalat. Maka
gembiralah kaum Yahudi. Rasulullah saw. melaksanaakan perintah itu beberapa
belas bulan lamanya , tetapi dalam hatinya tetap ingin menghadap ke kiblat Nabi
Ibrahim a.s (Mekah). Beliau selalu berdoa kepada Allah
sambil menghadapkan muka ke langit, enantikan turunnya. Maka turunlah
ayat “Qad nara taqalluba wajhika fis samaa....”( Sungguh kami [sering] melihat
mukamu menengadah ke langit....) sampai akhir surah Al Baqarah ayat 144. Kaum
Yahudi menjadi bimbang karena turunnya surah Al Baqarah ayat 144 tersebut,
sehingga mereka berkata: ”Apa yang menyebabkan mereka membelok dari kiblat yang
mereka hadapi selama ini?” Maka Allah menurunkan surah Al Baqarah ayat 115
sebagai jawaban atas pertanyaan orang-orang Yahudi.(Diriwayatkan oleh Ibnu
Jarir dan Ibnu Abi Hatim, dari ‘Ali bin Abi Thalhah yang bersumber dari Ibnu
‘Abbas)
d.
Dalam riwayat lain
dikemukakan bahwa Rasulullah saw. pernah mengutus suatu pasukan perang(termasuk
diantaranya Jabir). Pada suatu waktu yang gelap gulita, mereka tidak mengetahui
arah kiblat. Berkatalah segolongan dari mereka: “ Kami tahu arah kiblat, yaitu
arah ini(sambil menunjuk ke arah utara)”. Mereka shalat dan membuat garis
sesuai dengan arah shalat mereka. Segolongan lainnya berkata: “ Kiblat di
sebelah sana(sambil menunjuk ke arah utara)”. Mereka shalat dan membuat garis
sesuai dengan arah shalat mereka. Keesokan harinya setelah matahari terbit,
garisan-garisan itu tidak menunjukkan
arah kiblat yang sebenarnya. Sesampainya di Madinah, bertanyalah mereka kepada Rasulullah
saw. tentang hal itu. Beliau terdiam. Maka turunlah surah Al Baqarah ayat 115
sebagai penjelasan atas peristiwa tersebut.(Diriwayatkan oleh Ad-Daraquthni dan Ibnu Marduwaih dari
Al-‘Arzami, dari ‘Atha’, yang bersumber dari Jabir)
e.
Dalam riwayat lain
dikemukakan bahwa Rasulullah saw. mengirimkan suatu pasukan perang. Mereka diliputi kabut yang tebal,
sehingga tidak mengetahui arah kiblat. Kemudian mereka shalat. Ternyata setelah
terbit matahari, shalatnya tidak menghadap kiblat. Setibanya dihadapan
Rasulullah saw., mereka menceritakan hal itu. Maka Allah menurunkan surah Al
Baqarah ayat 115 yang membenarkan ijtihad mereka.(diriwayatkan oleh Ibnu
Marduwaih yang menerima dari Al Kalbi, dari Abu Shalih, yang bersumber dari
Ibnu ‘Abbas )
f.
Dalam riwayat lain
dikemukakan, ketika turun ayat “.....ud’uni astajib lakum...(...berdoalah
kepada Ku niscaya akan Ku-perkenankan bagi mu...[ surah Al Mu’min ayat 60] ),
para sahabat bertanya : “ Ke mana kami menghadap?” Maka turunlah Al Baqarah
ayat 115 sebagai jawaban terhadap pertanyaan mereka.(Diriwayatkan oleh Ibnu
Jarir yang bersumber dari Mujahid)
C. Penafsiran Q.S
Surat Albaqarah ayat 115 berkaitan dengan kekuasaan tuhan dalam persepektif
teori politik otoritarian sebagai cermin kekuasaan Absolut.
Berdasarkan
Tafsir Ayat Q.S albaqarah ayat 115
dengan menggunakan tafsir ruhul bayan di atas bahwasanya jelas allah lah yang
mempunyai masrik dan magrib, timur dan
barat di dunia ini dalam artian di mana saja manusia berada, Allah mengetahui
perbuatannya, karena ia selalu berhadapan dengan Allah. Karena sesungguhnya allah maha luas lagi maha mengetahui.
Dalam qur’an surat al-baqarah ayat 115 ini adalah
sebagai cerminan kekuasaan absolut dimana arti absolutu itu sendiri adalah kekuaasaan yang satu ciri pemerintahan monarki, dengan pemimpin yang
mempunyai kekuasaan mutlak dan tidak dibatasi konstitusi maupun hukum.
Banyak pesan yang terkandung dalam ayat ini khusus untuk para penguasa
seseorang peminpin negara dalam bertindak dan melakukan sebuah kebijakan yang
benar benar untuk rakyat.
Dalam pengertian
absolut kekuaasaan ini jelas mutlak di pinpin oleh pemimpin dalam seuatu negara
tersebut baik segala sesuatu yang berhubugan dengan siyasah maliyah (ekonomi),
dengan siyasah dauliyah(hubungan dengan luar negeri), dan siyasah dusturiyah
yaitu hubungan dengan seorang peminpin negara. Persepektif ayat ini adalah
tidak ada sesuatu atau seorang peminpin yang lebih tinggi dari allah SWT Fa
Tsamma Wajhullaahi( maka di situlah wajah allah), yakni di situlah jihat
Allah yang di perintahkan dan di ridhai sebagai kiblat, maka kebolehan
menghadap tidak hanya di khususkan kepada satu mesjid dan tidak kepada masjid
lainnya, atau di situlah ada dzat Allah. Makna ayat : pada tempat mana saja
kalian menghadap, dia berada di sana sehingga kalian mencapai kepada-nya,
karena dia bukan jauhar (anasir/elemen) dan bukan pula arudl, sehingga
kebneradaannya menyita segala sisi. Allah berada dalam semua sisi tidak ada
manusia yang bisa melebihi darinya.
Otoritarianisme adalah bentuk organisasi sosial yang
ditandai dengan penyerahan kekuasaanIni kontras dengan individualisme dan
demokrasi. Dalam politik, suatu pemerintahan otoriter adalah satu di mana
kekuasaan politik terkonsentrasi pada suatu pemimpin. Otoritarianisme biasa
disebut juga sebagai paham politik otoriter, yaitu bentuk pemerintahan yang
bercirikan penekanan kekuasaan hanya pada negara atau pribadi tertentu, tanpa
melihat derajat kebebasan individu.
Otoritarianisme
berbeda dari totalitarianisme di lembaga-lembaga sosial dan ekonomi yang
terjadi, yang tidak di bawah kendali pemerintah.
Sistem ini
biasanya menentang demokrasi, sehingga pada umumnya kuasa pemerintahan
diperoleh tanpa melalui sistem demokrasi pemilihan umum.
Plato yang
merupakan salah satu dari pelopor teori otoritarian beranggapan bahwa negara
akan maju apabila dipimpin dan dipegang oleh orang-orang bijak, seperti hakim.
Karena apabila menggunakan sistem demokrasi atau musyawarah maka perpecahan itu
rentan terjadi, sehingga tujuan-tujuan negara itu susah dicapai karena sulitnya
menyatukan suara itu sendiri. Jadi, harus ada orang yang bijak yang dijadikan
pemimpin dalam membuat keputusan untuk kepentingan bersama sehingga tujuan
negara tercapai.
Setiap negara
dalam menjalankan pemerintahannya, memiliki sistem yang berbeda-beda meskipun
dengan nama yang sama seperti sistem presidensial atau sistem parlementer. Baik
sistem presidensial maupun sistem parlementer, sesungguhnya berakar dari
nilai-nilai yang sama yaitu “Demokarasi”. Demokrasi sebagai sistem pemerintahan
mengandung nilai-nilai tertentu yang berbeda dengan sistem pemerintahan lain
(otoriter,diktator, dan lain-lain).
Absolut didifinisikan sebagai suatu kekuasaan yang
mutlak atau tak terbatas dari seorang pemimpin yang berkuasa tanpa adanya
kepatuhan kepada sesuatu. Sedangkan demokrasi
adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang tertentu demi
kepentingan sebagian orang.
Dalam sistem
republik absolut, pemerintahan bersifat dictator tanpa ada pembatasan
kekuasaan. Penguasa mengabaikan konstitusi dan untuk melegitimasi kekuasaannya
digunakanlah partai politik. Dalam pemerintahan ini, parlemen memang ada,namun
tidak berfungsi lain halnya dengan republik konstitusi yang mana presiden
memegang kekuasaan kepala negara dan kepala pemerintahan. Namun, kekuasaan
presiden dibatasi oleh konstitusi. Di samping itu,pengawasan yang efektif
dilakukan oleh parlemen.
bisa diartikan menjadi mutlak, berasal dari bahasa
Inggris, absolute.
Monarki absolut,
istilah dalam pemerintahan, adalah satu ciri pemerintahan monarki, dengan
pemimpin yang mempunyai kekuasaan mutlak dan tidak dibatasi konstitusi maupun
hukum
Pesan yangh terkandung dalam ayat ini melihat negara
yang absolut adalah jangan pernah merasa kekuasaan negara ini mutlak oleh
seoorang peminpin karena allah lah yang berada di nsemua sisi, allah lah yang
membuat bumi ini dan allah lah pemilik segala isi yang di bumi dalam artian
jika sebuah negara memiliki sebuah masalah maka minta lah bantuan pada allah
SWT dalam segala hal apapun.
DAFTAR
PUSTAKA
Ismail
haqqi al-buruswi,”terjemah tafsir ruhul
bayan”, cv.dipenogoro
KH.Q. Shaleh, H.A.A. Dahlan
dkk. “Asbabun Nuzul, Latar Belakang
Historis Turunnya Ayat-Ayat Al Quran”. CV. Penerbit Diponegoro, Bandung., halaman : 33-36
Dadan rusmana dan yayan rahtikawati,”tafsir ayat0ayat sosial budayaí,2014.cv
pustaka setia, bandung
0 komentar:
Post a Comment